Antrian panjang BBM di Atambua semakin marak terjadi. Kali ini giliran BBM berjenis solar yang mengalami kelangkaan. Antrian panjang di SPBU Halifehan adalah yang terparah. Dari pantauan saya di lokasi, dilihat antrian kendaraan besar atau truk mencapai 80 m dari pertigaan SMPK Don Bosco sampai ke SPBU Halifehan. Hal ini menyebabkan kemacetan panjang yang tak terelakan.
Kelangkaan pasokan BBM di Atambua telah terjadi sekitar bulan Agustus lalu. Kelangkaan BBM di SPBU terjadi akibat pembelian BBM menggunakan jerigen atau tangki pada motor-motor nakal untuk mendapat keuntungan dari penjualan BBM tersebut. “Harga BBM yang dijual secara eceran sekarang tidak sesuai lagi dengan takaran sesungguhnya. Misalnya, bensin yang dijual eceran di pinggir jalan raya dengan harga per liter Rp 5.000, tidak sesuai lagi dengan takarannya kalau diisi di dalam botol 1 liter. Bensin yang diisi di dalam botol 1 liter itu tidak penuh. Bahkan, setengah saja. Kalaupun penuh harganya berkisar Rp 6.000-7.000,” sebutnya.
"Mobil yang merombak tangkinya, contoh mobil jenis (Toyota) Kijang kalau normal biasanya kapasitas 60 liter, tetapi setelah dimodifikasi bisa sampai 280 sampai dengan 300 liter. Selanjutnya juga penertiban motor-motor ojek yang ambil minyak dengan cara tap (berulang-ulang masuk SPBU), serta pemilik dan karyawan SPBU yang nakal," jelas Taolin.
Warga lainnya, Saul Naben menambahkan, kelangkaan BBM yang makin marak terjadi di Belu membuat antrean kendaraan makin panjang setiap hari. Bahkan terkadang, banyak SPBU ditutup lebih awal karena kehabisan BBM.
Ia juga menyebutkan harga eceran BBM jenis premium melonjak, padahal takarannya tidak sesuai lagi dengan takaran sesungguhnya sebelum terjadi kelangkaan BBM. Misalnya, harga eceran bensin per botol/liter dijual dengan Rp 5.000 tapi akhir-akhir ini harganya Rp 7.000.
“Saat ini, yang masih jadi masalah serius adalah soal BBM. Di Atambua, BBM semakin hari semakin susah dicari. Harga bensin di eceran saja tidak sesuai dengan takarannya. Kelangkaan BBM makin marak terjadi. Saya tidak tahu siapa yang salah dan bertanggung jawab soal kelangkaan ini. Seharusnya pemerintah melakukan tindak tegas terhadap para penimbun BBM ,” jelas Edi Seran.
Kevin Samara
Kelangkaan pasokan BBM di Atambua telah terjadi sekitar bulan Agustus lalu. Kelangkaan BBM di SPBU terjadi akibat pembelian BBM menggunakan jerigen atau tangki pada motor-motor nakal untuk mendapat keuntungan dari penjualan BBM tersebut. “Harga BBM yang dijual secara eceran sekarang tidak sesuai lagi dengan takaran sesungguhnya. Misalnya, bensin yang dijual eceran di pinggir jalan raya dengan harga per liter Rp 5.000, tidak sesuai lagi dengan takarannya kalau diisi di dalam botol 1 liter. Bensin yang diisi di dalam botol 1 liter itu tidak penuh. Bahkan, setengah saja. Kalaupun penuh harganya berkisar Rp 6.000-7.000,” sebutnya.
"Mobil yang merombak tangkinya, contoh mobil jenis (Toyota) Kijang kalau normal biasanya kapasitas 60 liter, tetapi setelah dimodifikasi bisa sampai 280 sampai dengan 300 liter. Selanjutnya juga penertiban motor-motor ojek yang ambil minyak dengan cara tap (berulang-ulang masuk SPBU), serta pemilik dan karyawan SPBU yang nakal," jelas Taolin.
Warga lainnya, Saul Naben menambahkan, kelangkaan BBM yang makin marak terjadi di Belu membuat antrean kendaraan makin panjang setiap hari. Bahkan terkadang, banyak SPBU ditutup lebih awal karena kehabisan BBM.
Ia juga menyebutkan harga eceran BBM jenis premium melonjak, padahal takarannya tidak sesuai lagi dengan takaran sesungguhnya sebelum terjadi kelangkaan BBM. Misalnya, harga eceran bensin per botol/liter dijual dengan Rp 5.000 tapi akhir-akhir ini harganya Rp 7.000.
“Saat ini, yang masih jadi masalah serius adalah soal BBM. Di Atambua, BBM semakin hari semakin susah dicari. Harga bensin di eceran saja tidak sesuai dengan takarannya. Kelangkaan BBM makin marak terjadi. Saya tidak tahu siapa yang salah dan bertanggung jawab soal kelangkaan ini. Seharusnya pemerintah melakukan tindak tegas terhadap para penimbun BBM ,” jelas Edi Seran.
Kevin Samara
0 komentar :